Hotel Naraya di Jl. Pemuda, Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, pada Kamis (12/12/24) menjadi tempat dilaksanakannya acara PBSB dalam rangka Penguatan Nilai-Nilai Integritas dan Antikorupsi. Acara ini dihadiri oleh Inspektur Jenderal Kementrian Agama, Direktorat Pendidikan Pesantren, dan mahasantri dari kampus-kampus yang ada di Indonesia.
Dr. Faizal Ali, salah seorang Inspektur Jenderal Kementrian Agama, mengatakan bahwa korupsi merupakan suatu tindakan yang dapat merugikan orang banyak. Namun, di era modern ini orang tidak bisa luput dari kasus tersebut.
“Seseorang sebenarnya tidak ada niat untuk melakukan korupsi. Namun, adanya kesempatan yang dilihat dan tekanan yang didapatkan baik dari keluarganya maupun orang yang ada di kantor, sehingga ia melakukan itu,” ucap Dr. Faizal Ali.
Adanya integritas dan antikorupsi dapat menciptakan Indonesia menjadi negara yang bersih dan bebas dari praktik korupsi. Sehingga, hal ini menjadi perhatian utama dari Komisi Penyelidik Keuangan (KPK).
Selain itu, acara ini juga menekankan kepada para santriwan maupun santriwati agar mempunyai skil. Karena, beberapa perusahaan merekrut pekerja tidak melihat kuliah jurusan apa dan lulusan di mana, melainkan perusahaan merekrut pekerja dengan melihat skil yang dimilikinya.
“Mempunyai skil merupakan suatu hal yang menjadi kebanggaan tersendiri. Bukan hanya itu, namun juga dapat mempermudah untuk mendapatkan pekerjaan. Karena, beberapa perusaahan merekrut pekerja dengan melihat skil yang dimilikinya,” jelasnya.
Santri memiliki soft skill yang sangat baik, seperti kejujuran, ketulusan, kegigihan, dan kesiapan menghadapi berbagai situasi. Namun, keterampilan yang dimiliki oleh santri masih memerlukan penguatan di beberapa aspek. Oleh karena itu, pesantren dilengkapi dengan fasilitas berupa balai-balai latihan kerja untuk meningkatkan kompetensi mereka.
“Alhamdulillah saat ini sudah ada sekitar 4000 Balai Latihan Kerja (BLK) yang dibangun di pondok pesantren. Banyak sekali manfaat yang didapatkan dengan dibangunnya BLK tersebut, terutama dapat mengatasi kesenjangan kompetensi kerja santri dan lulusan non-pesantren,” ungkap Dr. Basnang Said.
Pewarta: Danial, Semester V
Editor: Yayu