saiidusshiddiqiyah.ac.id—Islam telah terkenal dengan penyebarannya secara damai dengan melalui jalur perdagangan dan hubungan antar bangsa. Islam menyebar dengan cara-cara damai tanpa adanya kekerasan dan penaklukan.
Dan adapun salah satu cara yang paling efektif untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam. Karena perdagangan melibatkan banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat. Para pedagang tidak hanya membawa komoditas, mereka juga membawa ajaran-ajaran agama Islam. Dengan adanya perdagangan, interaksi budaya antara pedagang muslim dan masyarakat lokal yang sudah mempunyai adat sendiri menciptakan akulturasi budaya. Dengan adanya akulturasi budaya ini, maka masyarakat lokal dapat menerima dan mempelajari ajaran-ajaran agama Islam.
Awal Masuknya Islam di China
Umat Muslim timur tengah berdagang dari satu tempat ke tempat yang lain, dan salah satu negara yang menjadi tujuan dagang orang-orang muslim dari Timur Tengah adalah China atau yang sering disebut Negeri Tirai Bambu. China adalah tempat yang memiliki sejarah panjang berkembangnya Islam, ada beberapa faktor yang membuatnya menjadi tempat yang menarik untuk penyebaran agama Islam.
Beberapa alasan yang menjadikan China menjadi tujuan utama meliputi jalur perdagangan dan interaksi budaya. China telah menjadi pusat perdagangan global selama berabad-abad. Islam masuk ke China melalui jalur sutra, yang menghubungkan Timur Tengah, Asia Tengah, dan China. Para pedagang membawa barang-barang dagangan seperti rempah-rempah, sutra, dan logam. Mereka tidak hanya berdagang, tetapi para pedagang dari Timur Tengah membawa ajaran-ajaran agama Islam yang kemudian bercampur dengan budaya lokal.
Komunitas Muslim di China berkembang dalam berbagai bentuk, dengan Suku Hui dan Uighur sebagai kelompok utama yang mengadaptasi Islam dan budaya China. Selama Dinasti Ming dan Qing, Islam tidak hanya menyebar melalui perdagangan, tetapi juga melalui pendidikan. Namun, perkembangan Islam tidak lepas dari tantangan, terutama dalam kebijakan dan kontrol terhadap praktik-praktik keagamaan. Hingga masa kini, komunitas muslim di China masih berjuang dan mempertahankan identitas dan kebebasan beragama mereka di tengah tekanan politik dan sosial yang terus berkembang.
Awal mula masuknya Islam ke China melaui kontak dengan pedagang Arab dan Persia pada era Dinasti Tang (618-907 M). Mereka memanfaatkan jalur perdagangan sutra sebagai jalur utama perdagangan dan interaksi budaya. Kontak awal pedagang Arab dan Persia tidak hanya membawa Islam ke tanah China, tetapi juga membentuk fondasi bagi perkembangan komunitas Muslim yang bertahan hingga saat ini.
Masuknya Islam di China bukan hanya dari jalur perdagangan, tetapi ada legenda Sa’ad bin Abi Waqqas yang dikaitkan dengan misi dakwah ke Tiongkok. Dalam The Book of a Great Sahabi: Sa’ad ibn Abi Waqqas and Muslim in China, disebutkan Sa’ad bin Abi Waqqash adalah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Beliau dikirim sebagai bagian dari delegasi diplomatik ke China pada tahun 651 M pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Kedatangannya disambut baik oleh Kaisar Tang, beliaulah yang menghormati ajaran Islam dan memberikan izin bagi komunitas Islam untuk menetap dan berkembang. Meskipun banyak sejarawan meragukan keakuratan sejarah dari perjalanan tersebut, tetapi kisah ini menjadi bagian penting dari sejarah awal Islam di China.
Dengan ini, pedagang dan diplomat muslim memainkan peranan penting dalam penyebaran Islam. Karena hal ini memungkinkan para pedagang untuk saling bertukar barang dan memperkenalkan Islam dalam interaksi budaya dan sosial. Sementara itu, para diplomat muslim juga berkontribusi dalam membangun hubungan dengan raja-raja di China. Dengan demikian, pedagang dan diplomat menjadi jalur utama yang mempercepat penyebaran Islam.
Perkembangan Islam di China
Islam berkembang dalam berbagai dinasti di China melalui interaksi yang kompleks antara orang-orang muslim dan pemerintahan dinasti. Diceritakan dalam Familiar Stranger: A History of Muslims in Northwest China, menjelaskan perjuangan muslim di barat laut China mempertahankan identitas Islam mereka yang selalu mengalami tekanan akulturasi dari pemerintahan dinasti. Sedangkan dalam buku Xinjiang: China’s Muslim Far Northwest, menggambarkan tantangan yang dihadapi muslim suku Uighur yang mempertahankan identitas Islam mereka di tengah-tengah kebijakan negara yang berubah secara keseluruhan. Islam berkembang di China tidak hanya melalui perdagangan dan diplomasi, tetapi juga oleh kebijakan pemerintah.
Kebijakan-kebijakan dinasti China terhadap masyarakat muslim berubah-ubah, tergantung pada dinamika politik dan sosial yang berkembang. Pada masa Dinasti Tang (618-907 M), Islam masuk ke China melaui perdagangan dan diplomasi, dan mereka diterima cukup baik. Pada masa Dinasti Yuan (1271-1368 M), masyarakat muslim diberikan kebebasan dan bahkan diberikan posisi penting dalam pemerintahan. Namun pada masa dinasti Ming (1368-1644 M), kebijakan asimilasi mulai diterapkan, dan masyarakat muslim didorong untuk melakukan kebiasan budaya lokal. Dan pada masa dinasti Qing (1644-1912 M), umat muslim mulai memberontak terhadap kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintahan, sehingga masyarakat muslim diperketat oleh kebijakan-kebijakan pemerintahan. Hingga saat ini, masyarakat muslim masih menjaga identitas mereka, terutama melalui pendidikan. Walaupun, Islam menghadapi tantangan, terutama di wilayah Xinjiang, di tengah-tengah kebijakan pemerintah yang berubah-ubah.
Walaupun keadan di China berubah-ubah, tapi hingga saat ini masih ada komunitas yang masih mempertahankan identitas Islam mereka, seperti Suku Hui dan Uighur. Suku Hui adalah kelompok yang sudah lama berasimilasi dengan budaya setempat. Suku Hui tersebar di berbagai tempat di China, terutama di wilayah barat dan utara China. Mereka terkenal dengan kemampuan adaptasi diri dengan beradaptasi diri dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Mereka juga sering mendapatkan tempat-tempat penting di pemerintahan. Mereka juga memiliki peran penting sebagai perantara antara dunia Islam dan masyarakat pribumi, baik dalam perdagangan maupun dalam diplomasi sosial. Meskipun Suku Hui menggunakan bahasa mandarin, mereka tetap mempertahankan ajaran-ajaran Islam yang khas dengan membangun masjid dengan unsur China dan Islam.
Di sisi lain, muslim Uighur yang berasal dari etnis turki dan memiliki identitas budaya dan bahasa yang berbeda dengan suku Hui. Muslim Uighur tinggal di wilayah Xinjiang, wilayah yang memiliki sejarah panjang sebagai jalur perdagangan dan interaksi antara berbagai peradaban. Suku Hui dan Uighur berbeda, Uighur memiliki bahasa sendiri yang termasuk dalam rumpun bangsa Turki dan lebih banyak terhubung dengan budaya Asia Tengah. Namun, mereka seringkali memiliki ketegangan politik dengan pemerintahan, terutama dalam kebijakan keamanan dan kontrol terhadap wilayah Xinjiang. Muslim Uighur adalah salah satu kelompok muslim yang memiliki tantangan besar dalam mempertahankan identitas muslimnya di China.
Dan pada masa pemerintahan Mao Zedong (1949-1976 M) dan revolusi kebudayaan, umat muslim di China juga mengalami tekanan berat akibat kebijakan pemerintahan yang menekan praktik keagamaan. Masjid-masjid ditutup, ibadah dilarang, dan hidup beragama mengalami penindasan dan tekanan yang signifikan. Setelah masa reformasi tahun 1978 M, kebijakan terhadap Islam mengalami perubahan. Masjid-masjid kembali dibuka, lembaga-lembaga pendidikan Islam mulai beroperasi, bahkan umat muslim diperbolehkan lagi untuk menunaikan ibadah haji lagi. Dengan adanya perubahan kebijakan terhadap umat muslim di China menunjukan dinamika yang kompleks antara negara dan agama. Adanya sejarah ini menunjukkan bahwa hubungan Islam dan negara China tidak stabil, tetapi terus berkembang seiring perubahan kebijakan-kebijakan politik dan sosial.
Kesimpulan
Islam telah hadir di China selama lebih dari seribu tahun, membentuk komunitas yang mampu beradaptasi dengan keadan politik dan sosial budaya. Sejak Islam datang ke China melalui jalur perdagangan dan diplomasi, Islam berkembang pesat di berbagai wilayah China, terutama masyarakat muslim Hui dan Uighur yang memainkan peran penting dalam sejarah sosial dan ekonomi. Meskipun, mereka mengalami tekanan dan tantangan dari berbagai dinasti dan kebijakan pemerintah negara. Dengan adanya tantangan dan tekanan ini, umat muslim tetap menjaga identitas mereka sebagai umat muslim, baik dengan praktik keagamaan maupun integrasi budaya dengan masyarakat lokal.
Dengan memahami keragaman ekspresi Islam di dunia menjadi semakin penting dalam konteks globalisasi dan interaksi budaya. Islam di China bukanlah sesuatu yang asing, melainkan bagian dari sejarah dan budaya di China. Umat muslim di China telah mengembangkan tradisi yang unik, menggabungkan antara unsur-unsur lokal dengan ajaran Islam. Hal seperti ini dapat dilihat dari arsitektur-arsitektur masjid mereka. Meskipun umat muslim hidup dalam tekanan dan tantangan, mereka tetap dapat mempertahankan identitasnya sebagai umat Muslim di China.
Sejarah Islam di China juga mengungkapkan dinamika hubungan antara agama, tradisi, dan negara. Dari masa Dinasti Tang hingga era modern, kebijakan terhadap Islam selalu berubah-ubah pada setiap masanya. Meskipun ada penindasan terhadap masyarakat muslim, tetapi mereka tetap bertahan dan membangun kembali membangun kehidupan keagamaan mereka setelah masa revolusi. Hal ini menunjukan ketahanan dan fleksibilitas Islam dalam menghadapi setiap tantangan dan tekanan.
Referensi :
Al-Mubarakfuri, Safiur Rahman. 2010. The Book of a Great Sahabi: Sa’d Ibn Abi Waqqas and Muslims in China. Riyadh: Darussalam.
Benite, Zvi Ben-Dor. 2005. The Dao of Muhammad: A Cultural History of Muslims in Late Imperial China. Cambridge: Harvard University Press.
Gladney, Dru C. 1996. Muslim Chinese: Ethnic Nationalism in the People’s Republic. Cambridge: Harvard University Press.
Hess, Dale R. 2009. China’s Muslim Hui Community: Migration, Settlement and Sects. Cambridge: Cambridge University Press.
Lipman, Jonathan N. 1997. Familiar Strangers: A History of Muslims in Northwest China. Seattle: University of Washington Press.
Millward, James A. 2007. Xinjiang: China’s Muslim Far Northwest. New York: Columbia University Press.
Luffy. Sejarah Perkembangan Islam di China. https://www.akurat.co/khazanah-islam/1302423120/Sejarah-perkembangan-Islam-di-China diakses pada 8 Maret 2025 pukul 09.15 WIB.
Wikipedia.org. Mao Zedong. https://id.wikipedia.org/wiki/Mao_Zedong diakses pada 11 Maret 2025 pukul 19.29 WIB.
Kontributor: Aziza Sholahudin, Semester III
Editor: S. Yayu. M

