Bedah KItab ‘Tadzkiratul Qulub’: Menggali Kegelisahan Hati dan Tasawuf Akhlaki Karya Syekh Jamil Jaho

Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta kembali mengadakan acara bedah buku, sebuah kegiatan yang telah menjadi tradisi. Pada kesempatan kali ini, buku yang dibahas berjudul Tadzkiratul Qulub fi Muroqobati ‘Allami al-Ghuyub karya Syekh Jamil Jaho, yang diselenggarakan pada Sabtu, 14 Desember 2024.

Acara ini berlangsung di pendopo lantai 2 Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta secara luring, dengan dinarasumberi oleh Ustadz Reza Pahlevi, para Asatiz dan Azatizah, serta seluruh mahasantri aktif Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta.

Ustaz Reza Pahlevi, salah seorang dosen Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta, menjelaskan bahwa Syekh Jamil Jaho adalah seorang ulama yang pernah menjadi pelopor Muhammadiyah di Padang Panjang. Namun, beliau kemudian memilih keluar dari Muhammadiyah karena organisasi tersebut mengusung gagasan baru yang menyatakan bahwa pendapat imam madzhab tidak wajib diikuti. Hal ini bertentangan dengan kecenderungan Syekh Jamil Jaho yang lebih condong pada pendekatan tradisional.

“Di antara murid-murid Syekh Jamil Jaho terdapat Ulama Kaum Muda dan Ulama Kaum Tua. Namun, kedua kelompok ini memiliki perbedaan pandangan. Syekh Jamil Jaho sendiri lebih sepemikiran dengan Ulama Kaum Tua yang cenderung tradisional. Sementara itu, Ulama Kaum Muda lebih sejalan dengan pemikiran gurunya yang lain, yaitu Syekh Khatib, yang dikenal sebagai sosok pembaharu,” jelas Ustaz Reza.

Ustaz Reza juga mengatakan bahwa perbedaan pendapat antara Syekh Jamil jaho dengan gurunya berdampak positif, karena karya tulis menulis menjadi semarak lagi dan juga memberikan manfaat kepada masyarakat dalam memecahkan masalahnya.

“Syekh Jamil Jaho menulis buku ini, karena adanya kegelisahan dalam hatinya dan kegelisahan terhadap masyarakatnya. Adapun tujuan ditulisnya karya tersebut, yaitu untuk menjadi pengingat dirinya dan orang-orang yang sezaman dengannya,” jelasnya.

Buku tersebut berisi tentang tasawuf akhlaki, karena Syekh Jamil Jaho terinspirasi oleh Imam al-Ghazali. Di dalamnya juga terdapat penjelasan tentang mujtahid yang dianggap bodoh oleh Syekh Jamil Jaho, diantanya adalah Jamaluddin al-Afghani, Syekh Muhammad Abduh (murid dari Jamaluddin al-Afghani), dan Muhammad Rasyid Ridha (murid dari Syekh Muhammad Abduh).

“Ada beberapa ibrah yang dapat diambil, salah satunya adalah mengingatkan kepada kita untuk selalu merasa muroqobah, sehingga kita bisa memfokukaskan diri untuk selalu dekat kepada Allah SWT dan cinta akan akhirat,” ungkap Ustaz Robiihul Imam.

Pewarta: Danial, Semester V

Editor: Yayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *