Samarkand dan Bukhara: Dua Kota Jantung Peradaban Islam di Asia Tengah

saiidusshiddiqiyah.ac.id—Ketika mendengar istilah “Pusat Peradaban Islam”, mungkin yang terlintas di benak kita adalah Baghdad, Kairo, atau Mekkah. Namun, pernahkah kita berpikir bahwa di Asia Tengah terdapat dua kota tua yang pernah dijuluki sebagai “Jantung Ilmu Pengetahuan dan Spiritualitas Islam”? Kedua kota itu adalah Samarkand dan Bukhara di Uzbekistan.

Sejak abad ke-8 hingga abad ke-15, Samarkand dan Bukhara menjadi pusat ilmu pengetahuan, dakwah, seni, serta budaya Islam. Peran keduanya tidak hanya penting bagi Asia Tengah, tetapi juga bagi dunia Islam secara keseluruhan.

Awal Masuknya Islam

Islam masuk ke kawasan ini pada abad ke-8 M, ketika Dinasti Umayyah memperluas wilayah kekuasaan ke arah timur. Sebelumnya, masyarakat setempat menganut Zoroastrianisme, Buddha, dan berada di bawah pengaruh Persia. Islam kemudian berkembang melalui ekspedisi militer, dakwah, perdagangan, pendidikan, dan kebudayaan. Para pedagang, ulama, dan sufi membawa ilmu, etika, serta cara hidup baru yang menarik hati masyarakat lokal.

Samarkand: Kota Ilmu dan Arsitektur Islam

Samarkand mulai dikenal pada awal abad pertama Hijriyah, ketika Qutaibah bin Muslim Al-Bahili menaklukkan wilayah ini dan membangun kota baru. Letaknya di tepi Sungai Zarafsyan, sekitar 200 km timur Bukhara.

Puncak kejayaan Samarkand terjadi di bawah Dinasti Timuriyah, khususnya masa Ulugh Beg (1394-1449), cucu Amir Timur (Tamerlane). Ulugh Beg bukan hanya penguasa, tetapi juga ilmuwan yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Beberapa pencapaiannya:

  • Observatorium Ulugh Beg: salah satu yang terbesar dan tercanggih di masanya, menghasilkan data astronomi yang akurat bahkan dibandingkan ilmuwan Eropa.
  • Zij-i Ulugh Beg: karya monumental berisi tabel dan data astronomi.
  • Madrasah Ulugh Beg di Registan: pusat pendidikan tinggi di mana astronomi, matematika, filsafat, fiqh, dan hadis diajarkan.

Karena atmosfer keilmuan yang terbuka dan rasional, Samarkand dijuluki “Andalusia-nya Asia Tengah”.

Selain ilmu, Samarkand juga masyhur dengan arsitektur Islam klasik, seperti:

  • Shah-i-Zinda: kompleks makam dengan hiasan keramik dan kaligrafi indah.
  • Masjid Bibi-Khanym: masjid monumental dengan detail artistik menawan.
  • Madrasah Sher-Dor: perpaduan seni lokal dengan corak keislaman.

Samarkand pun menjadi kota yang bukan hanya cerdas, tetapi juga indah.

Bukhara: Kota Ulama dan Spiritualitas

Nama Bukhara diyakini berasal dari bahasa Sanskerta Vihara, yang berarti biara, merujuk pada masa pra-Islam ketika kota ini menjadi pusat agama Buddha dan Zoroastrianisme. Bukhara terletak di jalur Sutra yang menghubungkan Tiongkok, India, Persia, hingga dunia Arab.

Islam masuk ke Bukhara pada masa penaklukan Umayyah. Namun, masa keemasan kota ini berlangsung pada Dinasti Samanid (abad ke-9–10 M). Jika Samarkand dikenal sebagai kota ilmu dan arsitektur, maka Bukhara dijuluki sebagai “Kota Ulama”.

Beberapa tokoh besar lahir dari Bukhara, di antaranya Imam al-Bukhari, penyusun Shahih al-Bukhari, koleksi hadis paling otentik dalam Islam. Kota ini juga menjadi pusat bahasa dan ilmu, di mana bahasa Arab, Persia, dan Turki berkembang berdampingan.

Warisan arsitektur Bukhara pun masih berdiri hingga kini:

  • Masjid dan Menara Kalon (abad ke-12) yang berfungsi sebagai menara azan, mercusuar, sekaligus simbol kekuasaan.
  • Kompleks Poi Kalon & Madrasah Mir-i-Arab: pusat pendidikan Islam sejak abad ke-16.
  • Benteng Ark: istana kerajaan sekaligus pusat pemerintahan.
Pelajaran dari Samarkand dan Bukhara

Dari dua kota ini kita belajar bahwa Islam bukan hanya mengajarkan ibadah ritual, tetapi juga mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan, seni, dan peradaban.

Referensi :

Abdullah, Taufik. 2002. Ensiklopedi tematis dunia Islam: Pemikiran dan peradaban. Jakarta: PT. Ichtiar baru Van Hoeve.

Aizid, Rizem. 2025. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Periode Klasik, Pertengahan dan Modern. Yogyakarta: DIVA Press.

Azhim, Muhammad Abdul. 2009. Islam di Asia Tengah: Sejarah, Peradaban, dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ramelan, Ratih. 2015. Penaklukan Muslim yang Mengubah Dunia. Tangerang Selatan: PT Pustaka Alvabet.

Wahidah, Romlatul. 2025. Refleksi Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam. Yogyakarta: KBM Indonesia.

Kontributor: Ahmad Nafhan Fathy Abu Jud, Semester II

Editor: S. Yayu. M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *