saiidusshiddiqiyah.ac.id—Zanzibar adalah sebuah pulau di lepas pantai Tanzania, Afrika Timur, yang memiliki sejarah panjang terkait dengan perdagangan, budaya, dan agama. Islam pertama kali masuk ke wilayah ini pada abad ke-8 melalui jalur perdagangan yang menghubungkan Arab dengan pesisir timur Afrika. Dalam perkembangannya, Islam di Zanzibar tidak hanya berfokus pada ritual ibadah, tetapi juga berkembang melalui ajaran sufisme, yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola kehidupan sosial dan budaya masyarakat Zanzibar.
Tarekat Qadiriyah adalah salah satu tarekat sufi yang memiliki pengaruh besar di Zanzibar, yang disebarkan oleh ulama-ulama besar seperti Sayyid Abdallah bin Alawi al-Makhdum. Tarekat ini mengajarkan ajaran spiritual yang menekankan pentingnya pengendalian diri, cinta kasih kepada sesama, dan kedekatan dengan Tuhan. Selain sebagai sebuah jalur spiritual, Tarekat Qadiriyah juga memainkan peran sosial yang sangat penting dalam menjaga keharmonisan sosial di Zanzibar.
Sufisme dalam Islam
Sufisme adalah cabang spiritual dalam Islam yang menekankan pencarian kedekatan dengan Tuhan melalui praktik-praktik batin seperti dzikir, meditasi, dan pengendalian diri. Dalam sufisme, seseorang berusaha untuk mencapai makrifat (pengetahuan yang mendalam tentang Tuhan) dan tashfiyah (pembersihan jiwa). Sufisme mengajarkan bahwa cinta kepada Tuhan harus diwujudkan dalam tindakan kasih kepada sesama manusia. Oleh karena itu, sufisme sering dianggap sebagai jalur yang mengajarkan kedamaian, toleransi, dan penghormatan terhadap sesama, terlepas dari latar belakang mereka.
Sedangkan tarekat adalah organisasi atau kelompok yang dibentuk oleh pengikut sufisme yang memiliki tujuan spiritual bersama. Tarekat berperan penting tidak hanya dalam kehidupan spiritual, tetapi juga dalam kehidupan sosial. Banyak tarekat memiliki lembaga pendidikan, tempat pertemuan spiritual, dan pusat kegiatan sosial yang menjadi sarana penguatan hubungan antar anggota dan masyarakat pada umumnya. Di Zanzibar, Tarekat Qadiriyah menjadi salah satu lembaga sosial yang memainkan peran kunci dalam menjaga kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam konteks Zanzibar, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan sejumlah kelompok Kristen serta agama lokal, konsep harmoni sosial sangat penting. Dalam hal ini, Tarekat Qadiriyah memiliki peran strategis dalam mendorong nilai-nilai toleransi dan persatuan, yang mengurangi konflik dan ketegangan antar kelompok.
Sejarah dan Perkembangan Tarekat Qadiriyah di Zanzibar
Islam pertama kali datang ke Zanzibar pada abad ke-8 melalui pedagang Arab yang berinteraksi dengan penduduk lokal. Seiring waktu, Islam berkembang pesat di Zanzibar dan membentuk mayoritas agama di pulau ini. Salah satu aspek penting dari penyebaran Islam adalah melalui ajaran sufisme, yang menarik banyak pengikut karena ajarannya yang mendalam dan mampu menyentuh aspek spiritual serta sosial kehidupan masyarakat.
Sayyid Abdallah bin Alawi al-Makhdum adalah seorang ulama dari Hadramaut, Yaman, yang memainkan peran besar dalam memperkenalkan Tarekat Qadiriyah di Zanzibar. Beliau mendirikan zawiyah (pondok tarekat) di Zanzibar dan mengajarkan ajaran sufisme yang menekankan pentingnya kedekatan dengan Tuhan serta pengendalian diri. Ajaran beliau memberi dampak besar pada perkembangan spiritual dan sosial masyarakat Zanzibar, dan tarekat ini terus berkembang hingga saat ini.
Setelah penyebaran awal oleh Sayyid Abdallah dan pengikut-pengikutnya, Tarekat Qadiriyah berkembang melalui jaringan pendidikan dan pertemuan spiritual. Pengikut tarekat ini tidak hanya fokus pada kehidupan spiritual, tetapi juga pada kegiatan sosial seperti menyelesaikan konflik dan membantu sesama. Hal ini menjadikan Tarekat Qadiriyah sebagai bagian integral dalam struktur sosial Zanzibar.
Peran Sosial Tarekat Qadiriyah dalam Masyarakat Zanzibar
Tarekat Qadiriyah tidak hanya berperan dalam memberikan ajaran spiritual kepada pengikutnya, tetapi juga dalam membentuk karakter masyarakat Zanzibar. Melalui dzikir dan pengajaran tasawuf, tarekat ini mengajarkan pentingnya kedamaian dalam hati, pengendalian diri, dan pengorbanan untuk kepentingan orang lain. Ini menciptakan masyarakat yang lebih berbudi pekerti, penuh kasih sayang, dan lebih peduli terhadap kesejahteraan sosial.
Zanzibar, dengan keragaman etnis dan agama, sering kali menghadapi ketegangan sosial. Dalam konteks ini, Tarekat Qadiriyah berperan sebagai mediator sosial yang membantu menyelesaikan perselisihan antar kelompok. Para pemimpin tarekat seringkali dipandang sebagai figur otoritatif yang dapat menengahi dan mendamaikan pihak-pihak yang bertikai. Selain itu, tarekat ini juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyatukan berbagai kelompok, seperti perayaan keagamaan dan acara sosial.
Salah satu aspek utama dari Tarekat Qadiriyah adalah kegiatan sosial yang melibatkan seluruh anggota komunitas, seperti perayaan maulid (peringatan kelahiran Nabi Muhammad) dan kegiatan dzikir bersama. Kegiatan ini bukan hanya bersifat religius, tetapi juga menciptakan kesempatan bagi berbagai kelompok dalam masyarakat Zanzibar untuk berkumpul dan membangun solidaritas sosial, mengurangi perbedaan dan ketegangan.
Harmoni Sosial dan Toleransi Agama di Zanzibar
Zanzibar merupakan masyarakat yang sangat plural, dengan adanya kelompok Muslim, Kristen, dan pengikut agama lokal. Tarekat Qadiriyah dan ajarannya yang menekankan cinta dan toleransi, berperan dalam menjaga keharmonisan antar agama dan etnis. Dalam praktiknya, tarekat ini mengajarkan bahwa perbedaan agama tidak seharusnya menjadi sumber konflik, melainkan dapat menjadi kesempatan untuk saling memahami dan bekerja sama.
Sufisme mengajarkan bahwa cinta kepada Tuhan tidak terlepas dari cinta kepada sesama manusia. Oleh karena itu, ajaran sufisme mengutamakan prinsip toleransi terhadap perbedaan, baik dalam agama, suku, maupun budaya. Ajaran ini sangat relevan di Zanzibar, dimana berbagai kelompok etnis dan agama hidup berdampingan. Tarekat Qadiriyah, dengan prinsip ajarannya yang inklusif, mendorong terciptanya keharmonisan sosial dan mengurangi potensi konflik sosial yang muncul dari perbedaan tersebut.
Kegiatan keagamaan yang diadakan oleh Tarekat Qadiriyah, seperti dzikir bersama dan perayaan maulid, merupakan contoh nyata dari praktek inklusif. Kegiatan-kegiatan ini terbuka untuk semua, baik Muslim maupun non-Muslim, dan berfungsi sebagai jembatan penghubung antar kelompok yang berbeda. Hal ini memperkuat rasa kebersamaan dan membangun rasa hormat antar kelompok yang berbeda di Zanzibar.
Tantangan dan Adaptasi Tarekat Qadiriyah di Zanzibar
Seiring dengan perkembangan zaman, Zanzibar menghadapi tantangan dari modernisasi dan globalisasi. Banyak nilai-nilai tradisional dan praktik keagamaan yang terpengaruh oleh budaya global. Tarekat Qadiriyah harus menghadapi tantangan ini dengan menyesuaikan ajaran-ajarannya agar tetap relevan, misalnya melalui penggunaan teknologi dalam penyebaran ajaran dan meningkatkan pemahaman tentang sufisme di kalangan generasi muda.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Tarekat Qadiriyah adalah radikalisme dalam Islam, yang menekankan interpretasi literal terhadap ajaran agama. Tarekat Qadiriyah, yang mengutamakan pendekatan mistik dan toleran, sering kali dianggap kurang tegas oleh kelompok-kelompok yang lebih puritan. Meski demikian, tarekat ini tetap menjaga komitmennya untuk mengajarkan kasih sayang, kedamaian, dan toleransi.
Dengan adanya pergeseran dalam pola hidup masyarakat Zanzibar akibat pengaruh modernisasi, Tarekat Qadiriyah harus terus beradaptasi. Namun, meskipun menghadapi berbagai tantangan, tarekat ini tetap relevan sebagai pelopor kedamaian dan keharmonisan sosial dalam masyarakat Zanzibar.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Tarekat Qadiriyah memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga harmoni sosial di Zanzibar. Melalui ajarannya yang menekankan pada kedekatan dengan Tuhan, pengendalian diri, dan toleransi terhadap sesama, tarekat ini berhasil menciptakan masyarakat Zanzibar yang damai dan bersatu. Meskipun menghadapi tantangan dari radikalisasi dan modernisasi, Tarekat Qadiriyah terus beradaptasi dan relevan dalam konteks sosial yang berkembang.
Referensi
- Ni’am, Syamsun. 2016. Tasawuf di Tengah Perubahan Sosial. Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol. 15.
- Backer, Felicitas. 2018. The History of Islam in East Africa. African History.
- Fadillah, Y. 2025. Islam di Benua Hitam: Menelusuri Akar dan Perkembangan di Afrika. Islam di Benua Hitam: Menelusuri Akar dan Perkembangan di Afrika | Jabar Publisher diakses pada 01 Mei 2025
- Firman, Tony. 2025. Zanzibar: Kepulauan Rempah Sarat Sejarah. Zanzibar, Kepulauan Rempah Sarat Sejarah diakses pada 04 Mei 2025 pukul 10.00 WIB
- Karrar, Ali Salih. The Sufi Brotherhoods in the Sudan. Sufi Brotherhoods in Africa – webAfriqa diakses pada 08 Mei 2025 pukul 19.00 WIB.
- Imron, Fauzan. 2025. Zanzibar: Negeri Islam di Pesisir Timur Afrika. ZANZIBAR NEGERI ISLAM DI PESISIR TIMUR AFRIKA – Sidogiri Media Online diakses pada 09 Mei 2025 pukul 15.00 WIB
Kontributor: Nurika Amiroh Nubailah