
saiidusshiddiqiyah.ac.id— Dalam sejarah peradaban Islam, seiring perjalanan waktu, banyak tokoh muncul sebagai pembaru yang menghadapi berbagai tantangan zaman. Salah satu tokoh paling berpengaruh pada abad ke-20 adalah Badiuzzaman Said Nursi—seorang ulama besar, cendekiawan, dan intelektual asal Turki. Ia dikenal luas melalui karya monumentalnya Risale-i Nur (Risalah Nur), sebuah kumpulan tafsir modern terhadap Al-Qur’an yang menawarkan pendekatan spiritual dan intelektual untuk membangkitkan serta memperkuat iman umat Islam dalam menghadapi tantangan dunia modern.
Latar Belakang Said Nursi
Said Nursi lahir pada tahun 1877 di Nurs, sebuah desa kecil di Anatolia Timur, yang kini termasuk dalam wilayah Provinsi Bitlis, Turki (dulu Kekaisaran Utsmaniyah). Ayahnya, Mirza, dikenal sebagai sosok yang jujur dan sangat menjaga kehalalan. Ibunya, Nuriye, sangat berhati-hati dalam soal makanan dan spiritualitas. Karakter orang tuanya membentuk kepribadian Said Nursi yang kelak dikenal memiliki prinsip moral dan intelektual yang kuat. Menurut berbagai riwayat, ibunya hanya menyusui Nursi saat dalam keadaan suci dari hadas besar, yang diyakini menjadi salah satu penyebab kecerdasan dan kesalehannya. Bahkan sejak dalam kandungan, sang ibu merasakan kedamaian luar biasa dan percaya bahwa anak yang dikandungnya membawa berkah. Kelahirannya sering dianggap sebagai tanda dari Allah bagi umat Islam, karena ia tumbuh menjadi ulama besar yang membela iman dengan ilmu dan kebijaksanaan.
Masa Kecil
Sejak kecil, Said Nursi menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia dikenal pendiam, namun memiliki daya ingat kuat dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap ilmu dan kebenaran. Ia lebih suka berdiskusi dengan orang dewasa dibanding bermain dengan teman sebaya. Pada usia 12–13 tahun, ia sudah mampu mengalahkan para ulama dalam debat ilmiah. Karena keistimewaannya ini, ia dijuluki “Badiuzzaman” yang berarti “Keajaiban Zaman”—gelar yang diberikan oleh para ulama dan diterima luas oleh masyarakat.
Semangat Menuntut Ilmu
Keistimewaan Said Nursi tidak hanya terletak pada kecerdasannya, tetapi juga pada semangatnya dalam mencari ilmu. Ia memulai pendidikannya di madrasah kecil di desanya pada usia 7–9 tahun dengan mempelajari tajwid, fikih, nahwu, sharaf, dan mantiq. Ia menguasai pelajaran dengan cepat dan mulai membaca kitab-kitab besar di luar kurikulum madrasah. Di usia sekitar 14 tahun, ia sudah memahami karya-karya ilmiah penting seperti karya al-Maqrizi, al-Jawhari, dan al-Maturidi.
Setelah menguasai dasar-dasar keilmuan agama, Nursi memilih jalur belajar mandiri. Ia banyak menghabiskan waktu di perpustakaan-perpustakaan besar, terutama di kota Van. Ia mempelajari teologi, ilmu kalam, dan filsafat. Kecakapannya dalam ilmu agama dan pengetahuan umum menjadikannya bukan sekadar ulama, tetapi juga pemikir besar yang jejaknya tetap hidup dalam dunia intelektual hingga kini.
Perjuangan dalam Perang Dunia I
Ketika Perang Dunia I meletus pada tahun 1914, Kekaisaran Utsmaniyah bergabung dengan Blok Sentral melawan Blok Sekutu. Di Anatolia Timur, pasukan Rusia menyerbu dan membantai banyak penduduk Muslim. Said Nursi tidak tinggal diam; ia membentuk pasukan sukarelawan dari kalangan santri dan masyarakat setempat, serta turut berperang langsung di garis depan. Ia dijuluki “Komandan Badiuzzaman” oleh pasukannya karena keberanian dan kedisiplinannya.
Yang luar biasa, di tengah peperangan, ia masih sempat menulis tafsir Al-Qur’an berjudul Al-Isyarat al-I’jaz fi Mizan al-I’jaz (Isyarat Keajaiban dalam Neraca Keajaiban Al-Qur’an), dibantu oleh beberapa muridnya. Bahkan, beberapa muridnya gugur dalam proses ini. Karya ini menjadi bukti bahwa akal dan ruh seorang mukmin tetap hidup di medan perang.
Tertawan dan Pengasingan
Pada tahun 1916, dalam pertempuran di Anatolia Timur, pasukan Nursi kalah jumlah dan persenjataan. Ia tertangkap oleh tentara Rusia dan dibawa ke kamp tawanan perang di wilayah Kaukasus, lalu dipindahkan ke Siberia. Di sana, ia mengalami penderitaan, kelaparan, dan kesepian, namun tetap menjaga salat dan ibadahnya. Ia bahkan membimbing sesama tawanan Muslim dan berdakwah kepada penjaga Rusia. Kharismanya membuat para petugas kamp, termasuk seorang jenderal Rusia, menghormatinya.
Pelarian dan Kembali ke Istanbul
Setelah lebih dari dua tahun ditawan, Said Nursi berhasil melarikan diri dari Siberia dan kembali ke Istanbul pada tahun 1918, menjelang berakhirnya Perang Dunia I. Ia menempuh perjalanan panjang dengan berjalan kaki, menumpang, dan bersembunyi dari kejaran tentara. Sekembalinya ke tanah air, ia tidak beristirahat, melainkan kembali mengajar, menulis, dan menjadi anggota Darul-Hikmah Al-Islamiyah, lembaga fatwa dan keilmuan tertinggi saat itu. Ia aktif melawan serangan pemikiran Barat yang menyebar melalui kolonialisme dan sekularisme.
Risalah Nur
Karya paling monumental Said Nursi adalah Risalah Nur, kumpulan risalah pendek tentang iman, tauhid, akhirat, makna hidup, serta tanggapan terhadap tantangan modern seperti materialisme dan sekularisme. Terdiri dari lebih dari 130 risalah, karya ini kemudian disusun dalam beberapa jilid utama: al-Kalimat, al-Maktubat, al-Lama’at, dan as-Syu’a’at. Hingga kini, Risalah Nur menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman modern.
Akhir Hayat
Badiuzzaman Said Nursi wafat pada usia 83 tahun, tepat pada 23 Maret 1960 (25 Ramadhan 1379 H) di kota Urfa, Turki tenggara. Jenazahnya awalnya dimakamkan di Masjid Mevlid-i Halil. Namun kemudian, dalam peristiwa yang menghebohkan, militer menggali makamnya secara diam-diam dan memindahkan jasadnya ke lokasi yang dirahasiakan. Hingga kini, tidak ada yang mengetahui secara pasti di mana jasad beliau dimakamkan. Tindakan ini mencerminkan betapa besar pengaruh spiritual dan intelektual Said Nursi, serta rasa takut penguasa terhadap warisannya.
Referensi :
Nursi, Kata Badiuzzaman. 2014. Tuntunan Generasi Muda. Bahreisy, Fauzi. Tangerang Selatan: Risalah Nur Press.
Nursi, Badiuzzaman Said. 2020. Jendela Tauhid. Tangerang Selatan: Risalah Nur Press.
Shirazy, Habiburrahman El. 2015. Api Tauhid: Cahaya Keagungan Cinta Sang Mujaddid. Jakarta: Republika.
Vahide, Sukran. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi: Transformasi Dinasti Usmani Menjadi Republik Turki. Jakarta: Prenada Media Group.
Zahir, Muhammad Suhaib Ahmad. 2024. Bediuzzaman Said Nursi Dan Pembaharuan Dakwah di Turkiye. Malaysia: UnisZA.
Kontributor: Ani Fitriani, Semester II